Semarang, IDN Times – Tak sedikit dari masyarakat yang masih belum memahami istilah stunting.
Menukil laman resmi Kementerian Kesehatan, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
1. Masih banyak yang menilai stunting keturunan genetik
IDN Times/Dhana Kencana
Sebagian dari masyarakat bahkan menilai bahwa kondisi tubuh anak yang pendek kerap kali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya. Kondisi itu membuat para orangtua hanya menerima tanpa berbuat banyak untuk mencegahnya.
Genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
2. Pencegahan stunting menjadi fokus pemerintah
IDN Times/Dhana Kencana
Pemerintah saat ini fokus dalam pencegahan stunting agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
Ada tiga hal yang penting diperhatikan dalam pencegahan stunting. Yaitu pola makan, pola asuh, dan perbaikan sanitasi serta akses air bersih.
3. Pola makan cegah anak stunting
IDN Times/Dhana KencanaLANJUTKAN MEMBACA ARTIKEL DI BAWAH
Editor’s Picks
Permasalahan stunting sering dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi. Bahkan seringkali tidak beragam.
Istilah Isi Piringku dengan gizi seimbang perlu dikenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi sayur dan buah. Setengahnya lagi diisi dengan sumber protein, baik nabati maupun hewani, dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
4. Kurangnya pemahaman pola asuh berpengaruh pada stunting
IDN Times/Dhana Kencana
Anak stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan untuk bayi dan Balita.
Pola asuh dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu untuk memahami pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin. Termasuk memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan.
Beberapa contoh di antaranya adalah dengan melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian air susu ibu (ASI) sampai usia 6 bulan, dilanjurkan sampai usia 2 tahun dengan makanan pendamping ASI.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah memberikan hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya, dengan mengunjungi Posyandu atau Puskesmas setempat, secara berkala.
5. Sanitasi dan akses air yang bersih bisa menekan stunting
IDN Times/Dhana Kencana
Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk akses sanitasi dan air bersih sangat rentan mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan perlu diterapkan kepada anak sejak dini.
Stunting tak hanya ancaman utama terhadap kualitas manusia, melainkan ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Sebab anak stuntingg bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya, bertubuh pendek atau kerdil saja, juga terganggu perkembangan otaknya, yang akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif nantinya.
Sumber : https://jateng.idntimes.com/life/family/dhana-kencana-1/3-langkah-cegah-stunting-pada-anak-yang-tak-banyak-dilakukan-orangtua/5
Leave a Reply