63 juta penduduk Indonesia masih buang air besar (BAB) sembarangan. Praktik ini tak hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga ekonomi. Untuk mengurangi jumlah tersebut, Bank Dunia pun membina pengusaha-pengusaha sanitasi.
Pengusaha atau wirausaha sanitasi binaan WSP (World Bank’s Water and Sanitation Program) adalah pengusaha sanitasi lokal dengan model bisnis layanan sanitasi satu atap, mengerjakan konstruksi jamban sehat dan aman, serta menawarkan skema cicilan pembiayaan jamban.
Pelatihan, fasilitasi, dan pembinaan wirausaha sanitasi lokal saat ini dilakukan WSP di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Salah satu yang telah dilatih dan langsung terjun ke masyarakat adalah Warga (48 tahun), pengusaha sanitasi asal Desa Ponggang, Subang, Jawa Barat.
Warga atau yang juga dikenal dengan nama Edo, mengatakan bahwa masih banyak warga di desanya yang melakukan praktik BAB sembarangan, baik di kebun atau sungai. Hanya beberapa rumah yang memiliki jamban sendiri. Akibatnya, kotoran-kotoran manusia mencemari badan air, sungai dan tanah. Kasus diare pun banyak terjadi.
“Pertama ikut pelatihan wirausaha WSP di Jombang, Jatim, 29 April sampai 3 Mei 2012. 16 Juni 2012 sudah mulai bikin jamban. Alhamdulillah sekarang sudah bikin 105 jamban,” tutur Warga, saat ditemui di kediamannya di Desa Ponggang, Serangpanjang, dalam rangka kunjungan ‘Hari Air Sedunia 2013’, Subang, Jawa Barat, Senin (20/3/2013).
Warga yang dulunya bekerja sebagai petani pun kini beralih profesi menjadi seorang pengusaha sanitasi. Tak tanggung-tanggung, penghasilannya naik hingga 50 persen.
Jamban yang dibuat Warga adalah jamban sehat dan aman. Ia melayani sanitasi satu atap, artinya konsumen hanya tinggal memesan kemudian semua bahan material hingga pengerjaan dilakukan oleh tim dari Warga. Konsumen tak perlu repot-repot ke kota untuk mencari material dan mencari tukang sendiri, karena semuanya sudah ditangani oleh tim Warga.
Warga hanya butuh sehari untuk membuat satu jamban, lengkap dengan pemasangan toilet dan septic tank. Selain lebih cepat, jamban buatan Warga pun lebih murah.
“Kalau bikin lubang sendiri, itu pakai bata kotak. Bisa habis 2-3 juta. Pakai SMP (Sanitasi Masyarakat Ponggang) hanya Rp 600 ribu sampai Rp 1,150 juta. Karena kebanyakan yang belum punya jamban adalah masyarakat miskin, jadi ada juga yang bayarnya nyicil, dulu saya kasih sampai 10 bulan, sekarang 3 bulan,”jelas Warga.
Berkat usaha Warga, kini sebagian besar penduduk Desa Ponggang sudah memiliki jamban sendiri dan tak lagi BAB sembarangan. Kasus pencemaran dan dampak kesehatan pun mulai berkurang. Ada empat paket jamban yang ditawarkan, tipe yang paling umum mencakup:
1. 1 kloset leher angsa keramik
2. Lubang penampung sedalam 1,5 meter
3. Lubang resapan sedalam 0,5 meter dengan diameter 80 centimeter
4. Dibuat dengan konstruksi semen cor menggunakan cetakan fiberglass
5. Dicor langsung di lokasi
6. Konsumen terima jadi termasuk jasa konstruksi plus mencakup biaya bunga cicilan.
Leave a Reply