Higiene itu apa sih, Sanitarian?
Higiene adalah ilmu tentang kesehatan yang didalamnya mempelajari usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan. Usaha yang dimaksud adalah cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya.
Kalau Sanitasi itu apa ya?
Pengendalian dan pengawasan yang dimaksud mencakup tentang pembuangan limbah manusia secara aman, pengelolaan air limbah, pengelolaan limbah padat, penyediaan air bersih, pengendalian vektor penyakit, kebersihan rumah tangga dan individu, makanan, perumahan, dan lain–lain.
Jadi perbedaan Higiene dan Sanitasi terletak dimana?
Jika higiene merupakan kegiatan menjaga kesehatan dari penyakit yang menitik beratkan kepada “subjek” itu sendiri. Sedangkan sanitasi merupakan kegiatan menjaga kesehatan dari penyakit yang menitik beratkan kepada “lingkungan” di sekitar subjek.
Contoh Higiene:
Mencuci tangan menggunakan sabun, mencuci piring, membuang bagian makanan yang rusak, dll.
Contoh Sanitasi
Fakta Menarik Tentang Higiene dan Sanitais di Dunia
Tahukah kalian para Sanitarian?
- Terdapat 2,3 miliar orang di dunia tidak memiliki akses ke toilet.
- Terdapat 892 juta orang atau sekitar 12% dari populasi global yang melakukan buang air besar sembarangan (Open Defecation Free) atau disingkat BABS.
- 60% dari populasi global tidak memiliki akses sanitasi yang dikelola dengan aman.
- Air, sanitasi, dan penyakit terkait higiene (hygiene – related disease) membunuh 1 juta orang setiap tahunnya.
- Setiap 2 menit, satu orang anak meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan air (water – related disease).
- 160 juta anak – anak menderita pengerdilan (stunting) dan kekurangan gizi kronis terkait dengan air dan sanitasi.
- Diare merupakan 1 dari 3 penyebab utama kematian pada anak.
Lantas, Bagaimana Kondisi Higiene dan Sanitasi di Indonesia?
- Hampir 25 juta orang di Indonesia tidak memiliki akses ke toilet. Mereka melakukan praktik Buang Air Besar (BAB) di ladang, semak, hutan, parit, jalan, kanal atau ruang terbuka lainnya.
- Di Indonesia, sebanyak seperempat populasi anak yang berusia dibawah 5 tahun menderita diare.
- Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, penyakit diare memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara penyakit menular lain seperti ISPA dan malaria.
- Pada tahun 2016, secara nasional, persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum layak adalah 71,14% dan persentase rumah tangga dengan sanitasi layak adalah 67,8%.
Bagaimana Air Bersih, Sanitasi, dan Higiene Dapat Memperbaiki Kondisi Kesehatan?
Penyebab utama diare adalah bakteri Eschericia coli yang disingkat menjadi E. coli adalah tipe bakteri koliform* fekal yang biasanya terdapat pada alat pencernaan binatang dan manusia. Adanya E. coli di dalam air adalah pertanda kuat adanya kontaminasi adanya kotoran manusia dan hewan.
*) Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang biasanya digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak.
Penyebaran diare dapat dipahami dengan menggunakan “Diagram F” yang pertama ditemukan oleh E.G. Wagner dan J.N. Lanoix pada tahun 1958. Diagram F menggambarkan bagaimana bakteri E. coli yang ada di dalam kotoran manusia dan hewan bisa masuk ke dalam tubuh manusia. Kotoran manusia dan hewan bisa masuk ke perut melalui beberapa cara, antara lain melalui jemari tangan (fingers), kontaminasi air (fluid), lalat (flies) dan kontaminasi tanah/ladang (field).
Saat seseorang melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di suatu tempat terbuka seperti kebun, ladang, dan lain-lain, kotoran yang dihasilkan dapat meresap ke tanah serta dapat terbawa oleh air hujan menuju badan air sehingga dapat mencemari sumber air. Tentu akan berbahaya jika air tersebut digunakan sebagai air minum tanpa disertai pengolahan air yang baik. Tanah yang menjadi tempat BABS pun akan ikut tercemar, jika tanah tersebut dipakai sebagai media tumbuh bagi tanaman yang dapat dikonsumsi akan sangat berbahaya.
Jika seseorang melakukan BABS dan kemudian orang tersebut tidak mencuci tangan memakai sabun, maka tangan yang terkena kotoran untuk anal cleansing tadi dapat mengontaminasi benda apapun yang disentuh, misalkan peralatan memasak, peralatan makan dan makanan. Apabila kotoran sudah mengontaminasi benda–benda tersebut, maka kotoran tersebut akan masuk ke tubuh kita melalui mulut dan dapat menyebabkan diare.
Selain itu, kotoran dari BABS juga akan menarik lalat untuk hinggap. Lalat akan menempelkan kakinya yang sudah menyentuh kotoran dan hinggap ke makanan atau minuman yang tidak ditutup dengan baik, hal tersebut dapat menyebabkan diare.
Bagaimana kita bisa mencegah penyakit diare tersebut?
Pembuatan Jamban Sehat
Pembuatan jamban sehat baik bersifat individu maupun komunal. Jamban yang digunakan berjenis kloset leher angsa atau plengsengan dengan tutup, dan dilengkapi sarana pengolahan setempat (tangki septik sesuai standar) maupun terpusat (Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik/IPALD).
Penyediaan jamban sehat ini akan dapat memutus penyebaran penyakit diare melalui kontaminasi sumber air dan tanah serta menghindari kontak langsung antara kotoran manusia dengan lalat.
Melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS)
CPTS dilakukan setelah BAB dan sebelum kita mengolah bahan makanan serta sebelum makan menggunakan air yang mengalir, mengelola makanan dan minuman dengan mencuci bahan makanan dan minuman terlebih dahulu, menutup makanan dan minuman agar tidak dihinggapi lalat, mencuci peralatan makan dan memasak, mengolah makanan dan minuman dengan baik (dimasak hingga matang) sebelum dikonsumsi.
Dengan demikian, maka penyediaan fasilitas sanitasi yang memadai dan berkelanjutan yang didukung dengan penyediaan air bersih dan promosi higiene akan sangat membantu memperbaiki kondisi kesehatan manusia.
Sumber : https://kmil.ril.itb.ac.id/2019/09/16/trivia-sanitasi-1/
Leave a Reply