Liputan6.com, Jakarta – Selain World Philosophy Day atau Hari Filsafat Sedunia, 19 November ternyata juga diperingati sebagai World Toilet Day yang lebih familiar dengan sebutan Hari Toilet Sedunia.
Pada Hari Toilet Sedunia tahun ini, telah terjadi peningkatan kesadaran terhadap 4,2 miliar orang yang hidup tanpa akses ke sanitasi toilet yang dikelola dengan aman. Sebuah aksi untuk mengatasi krisis sanitasi global dan mencapai Sustainable Development Goal 6: water and sanitation for all by 2030 (sebuah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 6 mengenai air dan sanitasi untuk semua pada tahun 2030).
Dilansir dari UN, Kamis (10/11/2020), tema peringatan tahun ini adalah “Sustainable sanitation and climate change”. Menekankan pentingnya sanitasi berkelanjutan dan perubahan iklim.
Perubahan iklim yang semakin cepat bisa memicu banjir, kekeringan, dan naiknya permukaan laut yang mengancam sistem sanitasi dari toilet, tangki septik, hingga instalasi pengolahan untuk perawatan tanaman.
Air banjir dapat mencemari sumur yang biasanya digunakan untuk air minum atau bahkan dapat merusak toilet, dan menyebarkan kotoran manusia ke masyarakat dan tanaman pangan. Hal ini bisa menyebabkan penyakit yang mematikan dan kronis.
Selain fasilitas air bersih dan cuci tangan, setiap orang juga harus memiliki sanitasi berkelanjutan seperti toilet yang membantu untuk melindungi dan menjaga keamanan kesehatan. Bahkan dapat menghentikan adanya penyebaran penyakit menular mematikan seperti COVID-19, kolera, dan tifus.
Toilet Membantu Melawan Perubahan Iklim
Toilet juga dapat membantu kita untuk melawan perubahan iklim, dengan limbah dan lumpur dari toilet yang mengandung air, nutrisi dan energi yang berharga. Jadi sistem sanitasi ramah lingkungan ini memanfaatkan limbah secara produktif, untuk meningkatkan pertanian secara aman dan kemudian mengurangi serta menangkap emisi untuk sebuah energi yang lebih hijau.
Tapi, sebenarnya apa itu sistem sanitasi berkelanjutan? Sanitasi ramah lingkungan adalah toilet yang secara efektifnya menampung kotoran manusia di tempat aman, dapat diakses dan bersih. Sampahnya lalu disimpan di dalam tangki, yang nantinya akan dikosongkan oleh layanan dari masyarakat, ataupun diangkut dengan pipa.
Selanjutnya, perawatan dan pembuangan yang aman. Penggunaan limbah manusia secara aman akan dapat menghemat air, mengurangi dan menngkap emisi gas rumah kaca untuk produksi energi dan dapat menyediakan sumber air dan nutrisi untuk pertanian.
Sumber : https://www.liputan6.com/global/read/4412484/19-november-hari-toilet-sedunia-akhiri-krisis-sanitasi-global-untuk-cegah-penyakit
Leave a Reply