Indonesia saat ini kembali berduka oleh bencana banjir bandang yang terjadi di Sentani, Jayapura, Papua. Bencana yang terjadi sejak 17 Maret 2019, telah menelan banyak korban jiwa dan harta benda. Dari data TNI tertanggal 21 Maret 2019, korban tewas akibat banjir bandang tesebut sebanyak 112 orang, sedangkan korban luka sebanyak 915 orang dengan perincian 107 orang luka berat dan 808 orang luka ringan. Sebanyak 9691 orang mengungsi, dan 350 unit rumah rusak.
Tak hanya di bumi cenderawasih, bencana yang hampir serupa juga terjadi di beberapa daerah, tak terkecuali di wilayah DIY. Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 18 Maret 2019, hujan dalam waktu lama dan cukup deras, mengguyur wilayah DIY. Hujan ini pada akhirnya menyebabkan banjir di beberapa titik rendah. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY mengungkap, sebanyak 26 desa di 10 kecamatan di Kabupaten Bantul terdampak banjir, serta beberapa desa di wilayah Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunungkidul. Ribuan warga mengungsi karena banjir ini.
Setelah beberapa hari berlalu, banjir di beberapa wilayah sudah mulai surut, pengungsi juga sudah kembali ke rumah masing-masing, namun saat ini bukan berarti masalah yang dialami warga terdampak banjir tersebut selesai. Masih banyak permasalahan susulan pasca banjir ini, terutama permasalahan kesehatan, yang meliputi sanitasi, penyakit, dan konsumsi gizi.
Permasalahan sanitasi jelas menjadi masalah lanjutan yang pasti terjadi pasca banjir. Permasalahan sanitasi yang sering dialami adalah tentang keterbatasan air bersih, tersebarnya sampah yang terbawa air, tersebarnya limbah, kelembaban rendah, dan kerusakan sarana sanitasi. Permasalahan sanitasi seperti ini membawa dampak lanjutan berupa penyakit yang menyerang masyarakat, seperti diare, penyakit kulit, tetanus, dsb. Kondisi ini biasanya diperparah dengan tidak terkendalinya geliat vektor dalam menyebarkan penyakit pasca banjir.
Rangkaian permasalahan kesehatan pasca banjir tersebut seharusnya menjadi salah satu perhatian dalam penanganan kegawatdaruratan banjir. Meskipun penanggulangan korban bencana, namun bukan berarti masyarakat, khususnya korban, tidak bisa turut andil dalam upaya membantu menyelesaikan permasalahan kesehatan pasca banjir. Seperti diamanatkan dalam semboyan Germas, yaitu sehat diawali dari saya, kita dan korban banjir pun bisa melaksanakan Germas untuk tetap sehat.
Mungkin ada yang bertanya, mengapa Germas? Adakah kaitannya Germas dengan bencana banjir? Bila mengacu pada Inpres Nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat, tujuan Germas adalah mempercepat dan mensinergikan tindakan upaya promotif dan preventif hidup sehat guna meningkatkan produktivitas penduduk dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit, yaitu dengan peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku hidup sehat, penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, pencegahan dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan, dan edukasi sehat. Berdasarkan uraian tersebut, maka Germas juga dapat diaplikasikan dalam rangka tetap sehat dalam kondisi apapun.
Aktivitas fisik menurut WHO adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. WHO juga menyatakan bahwa kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor resiko independen untuk penyakit kronis dan secara langsung. Menurut Kemenkes RI, aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap kesehatan, yaitu terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, lebih bertenaga, bugar, dll. Meskipun banjir tidak langsung membawa serta penyakit-penyakit ini, namun dengan upaya aktivitas fisik yang teratur, tubuh akan tetap sehat di saat banjir maupun sewaktu upaya penanggulangan pasca banjir. Daya tahan tubuh yang baik diciptakan oleh aktivitas fisik yang rutin, dapat menghindarkan diri dari serangan penyakit dari banjir.
Perilaku hidup bersih, menurut Kemenkes, merupakan semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat. Mencegah lebih baik daripada mengobati, prinsip kesehatan inilah yang menjadi dasar perilaku hidup bersih sehat. Artinya, kita semua diharapkan melakukan aktivitas dan kegiatan yang mendukung kesehatan individu dan masyarakat, serta jauh dari resiko kesehatan. Sebagai langkah sederhana saja, tetap gunakan alat pelindung diri seprti sepatu boot ketika terpaksa harus menerjang keadaan banjir.
Pangan dan gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam peningkatan produktivitas nasional dan perbaikan kualitas hidup penduduk, termasuk kesehatan. Salah satu permasalahan kesehatan pasca banjir adalah permasalahan konsumsi dan gizi, dimana di saat dan pasca bencana banjir, sulit untuk mendapatkan makanan yang memenuhi kuantitas dan kualitas. Kelangkaan bahan pangan pasca banjir, akan berdampak pada kesulitan masyarakat untuk mendapatkan makanan dalam jumlah cukup. Kalaupun mendapat dalam kuantitas cukup, tetapi secara kualitas, dalam hal ini kandungan gizi, belum tentu mencukupi.
Gizi, sangat erat kaitannya dengan kesehatan, karena menu makanan yang mencakup gizi seimbang adalah hal yang sangat penting untuk mempertahankan kesehatan tubuh serta membantu tubuh agar senantiasa dalam kondisi prima. Menghadapi banjir merupakan tantangan bagi kesehatan, karena seperti diuraikan di atas, bahwa banjir membawa serta banyak penyakit. Dengan asupan gizi yang baik dan kondisi kesehatan yang baik, potensi-potensi penyakit yang dibawa banjir pun tak akan mampu membuat manusia sakit.
Langkah Germas selanjutnya adalah pencegahan dan deteksi dini penyakit yang pasti muncul saat dan pasca banjir. Bencana banjir pasti meningkatkan transmisi penyakit menular yang bisa terjadi melalui dua cara, yaitu melalui air dan melalui vector. Bahkan potensi infeksi yang rawan epidemic berupa leptospirosis akan terjadi juga sewaktu banjir. Penyakit zoonosis ini ditularkan dari darah atau urine hewan terinfeksi, utamanya anjing, hewan pengerat seperti tikus, dan kelompok hewan ternak seperti sapi atau babi. Oleh karenanya, diperlukan upaya pencegahan berupa pengendalian vector penyakit, upaya pencegahan serta deteksi dini orang yang terinfeksi, sehingga dapat segera dilakukan tindakan pengobatan dan juga mencegah menularkan ke orang lain. Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terinfeksi penyakit adalah tetap mengkonsumsi air minum bersih, air yang dikonsumsi dipastikan direbus dulu atau dilakukan desinfektan, menggunakan garam rehidrasi oral untuk mencegah dehidrasi, menggunakan antibiotic untuk mencegah infeksi, cuci makanan dan bahan makanan dengan air bersih dan hindarkan dari kontak dengan air banjir, cuci semua pakaian yang telah terkontaminasi air banjir dengan air bersih dan sabun, desinfeksi benda-benda yang kontak dengan air banjir, vaksinasi hepatitis A, menggunakan obat nyamuk dengan DEET, picardin, atau minyak lemon eucalyptus, waspada ekstra saat fajar dan senja karena nyamuk aktif pada saat itu, serta selalu cuci tangan dengan air bersih dan sabun.
Pencegahan dan deteksi dini penyakit erat kaitannya dengan permasalahan lingkungan. Lingkungan yang rusak oleh banjir, membawa serta banyak penyakit, sehingga salah satu upaya pencegahan penyakit adalah dengan mencegah kerusakan lingkungan lebih masiv saat banjir, segera memperbaiki kualitas lingkungan, serta mengontrol permasalahan yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan tersebut. Permasalahan lingkungan yang potensial disebabkan banjir antara lain ketersediaan air bersih, manajemen pengelolaan sampah yang tidak berjalan, kerusakan system pengelolaan air limbah, serta kerusakan sarana sanitasi lingkungan. Semangat Germas di sini perlu diwujudkan dengan langkah pengelolaan air bersih dengan maksimal, manajemen sampah dan menghindari kontak dengan sampah yang membusuk, serta berperan aktif dalam pengendalian vector pembawa penyakit di sekitar.
Memang desain dari penerbitan Inpres tentang Germas adalah dilator belakangi oleh peningkatan permasalahan kesehatan terkait penyakit tidak menular, tetapi dalam prakteknya, upaya Germas dapat dilakukan untuk meningkatkan status derajat kesehatan dalam kondisi apapun, termasuk banjir. Oleh karena itu, sangat baik bagi kita semua untuk melakukan Germas dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai kondisi. Germas untuk hidup sehat, bugar, dan produktif.
Sumber : https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/germas-gerakan-masyarakat-hidup-sehat-banjir-tergenang-hujan-gerakan–masyarakat–hidup–sehat–germas-saat–banjir
Leave a Reply