Pemalang (01/02) telah dilaksanakan pelatihan pembuatan silase pakan ternak dari jerami jagung di Balai Desa Jatiroyom, Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang pada pukul 15.30 WIB. Desa Jatiroyom memiliki produksi jagung yang tinggi bahkan melebihi produksi padi. Produksi jagung di Desa Jatiroyom pada tahun 2019 sebesar 6.2 ton/ha dengan luas lahan kurang lebih 300 ha. Produksi jagung yang tinggi tersebut berpotensi sebagai pakan ternak ruminansia sehingga dapat mendukung ketersediaan pakan.
Pada musim kemarau peternak mengalami kesulitan mencari hijauan untuk pakan ternak sehingga dengan adanya teknologi pengolahan pakan berupa silase (awetan pakan) diharapkan dapat menjadi solusi para peternak dalam mencukupi gizi ternaknya meskipun saat musim kemarau. Prinsip pembuatan silase adalah mempertahankan kondisi kedap udara dalam silo (wadah silase) sehingga terjadi fermentasi secara anaerob oleh bakteri asam laktat yang dapat mempertahankan kualitas silase dalam waktu yang lama. Silase dapat bertahan hingga 6 bulan atau bahkan 1 tahun pada penyimpanan yang baik. Hal ini tentunya sangat membantu para peternak disaat kemarau panjang sehingga ternak tidak kekurangan gizi.
Limbah jagung atau jerami jagung selama ini di Desa Jatiroyom memang sudah dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia namun belum ada pengolahan khususnya sehingga setelah musim panen berakhir, jerami jagung kembali sulit di dapatkan untuk pakan ternak dan harus menunggu musim panen selanjutnya. Bahkan di beberapa tempat jerami jagung hanya dibiarkan mengering dan dibakar begitu saja.
Setelah pelatihan pembuatan silase dari jerami jagung, dilanjutkan dengan materi kedua yaitu mengenai biosecurity dan sanitasi kandang. Pada pemaparan materi ini dibahas isu-isu seperti letak kandang yang terlalu dekat dengan rumah warga sehingga tidak jarang ditemui permasalahan terkait bau kotoran ternak. Sanitasi atau kebersihan kandang juga belum dilakukan secara rutin yang menyebabkan kotoran menumpuk. Sanitasi kandang setidaknya harus dilakukan satu kali dalam satu hari sehingga pencemaran terhadap bau dapat ditekan dan meminimalisir masuknya bibit penyakit dari kotoran ternak tersebut.
Biosecurity atau pengamanan kandang juga belum diterapkan pada peternakan warga, seperti pemakaian disinfektan kandang saat keluar ataupun masuk kandang. Pada pemaparan materi peserta dikenalkan dengan berbagai macam diainfektan kandang yang dapat digunakan beserta metode penggunaannya. Isolasi atau pemisahan ternak yang sakit dari ternak lain yang sehat juga harus dilakukan untuk mencegah penularan penyakit. Ciri-ciri ternak yang menunjukkan gejala sakit yaitu lemas, nafsu makan turun, tidak mampu berdiri, keluar lendir dari hidung maupun mulut serta mata sayu. Acara berakhir pada pukul 17.30 WIB dan diakhiri dengan foto bersama
Sumber : http://kkn.undip.ac.id/?p=107341