Dunia tengah mengalami krisis air bersih di berbagai wilayah termasuk Indonesia. Kebutuhan air bersih semakin meningkat, tetapi di sisi lain sumber air bersih semakin menipis. Hal ini diperparah dengan adanya perubahan iklim global yang menyebabkan musim penghujan dan musim kemarau tidak lagi berjalan sebagaimana biasanya. Kekeringan dan terbatasnya pasokan air di musim kemarau seringkali terjadi lebih lama dibandingkan beberapa periode sebelumnya. Padahal, air merupakan kebutuhan mutlak di berbagai lini kehidupan seperti di rumah tangga, industri, pertanian, perkantoran dan sekolah.
Air merupakan kebutuhan utama yang wajib dipenuhi dalam pengelolaan sanitasi sekolah. Komponen sanitasi sekolah dalam Pedoman Pengembangan Sanitasi Sekolah Dasar Kemendikbud (2018) antara lain akses pada sumber air bersih, toilet/jamban sekolah yang layak dan terpisah berdasarkan gender, fasilitas cuci tangan pakai sabun, pengelolaan limbah cair, dan pengelolaan sampah.
Seperti di ketahui bahwa kondisi sanitasi sekolah sangatlah berkaitan erat dengan penyakit, khususnya penyakit berbasis lingkungan. Pengelolaan sanitasi lingkungan sekolah penting dilakukan mengingat sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan di sekolah, sehingga penularan penyakit sangat rentan terjadi di lingkungan sekolah. Sanitasi sekolah yang baik menunjang kesehatan siswa dan menurunkan angka ketidakhadiran siswa lantaran sakit. Ketersediaan air bersih sebagai kebutuhan yang wajib dipenuhi dalam pengelolaan sanitasi lingkungan sekolah sebagai bagian dari prasarana pendidikan cenderung di lupakan.
Salah satu sekolah di wilayah Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo yaitu, SDN Joho 1 mengalami krisis air karena sumur di sekolah tersebut mengering. Air untuk kebutuhan sanitasi lingkungan sekolah diperoleh dari sumber air sekolah TK di dekat SDN Joho 1. Hal ini tentunya menjadi masalah jika sewaktu-waktu pasokan air dari TK diputus, maka SDN Joho 1 tidak memiliki akses air bersih untuk kebutuhan sanitasi lingkungan sekolah. Semestinya setiap institusi seperti sekolah memiliki kemandirian dalam hal penyediaan air bersih yang sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sanitasi lingkungan sekolah. Diperlukan solusi pemecahan masalah untuk memastikan ketersediaan air bersih di SDN Joho 1.
Instalasi Pemanenan Air Hujan (PAH) dinilai menjadi solusi pemecahan masalah terkait penyediaan air bersih di SDN Joho 1. Instalasi Pemanenan Air Hujan (PAH) merupakan teknologi sederhana yang mampu mengolah air hujan menjadi air bersih. Pemanenan air hujan ini menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam pengaplikasiannya di beberapa negara, misalnya Malaysia. Penerapan sistem pemanenan air hujan di rumah bertingkat di Malaysia dapat menghemat supply air sebesar 34% (Lee et al., 2016). Selain itu, menurut Furumai (2008) pemanenan air hujan dapat memenuhi 20-60% kebutuhan air di stadium Tokyo. Penerapan PAH di Kabupaten Sukoharjo dengan curah hujan rata-rata sekitar 22 mm/tahun (BPS, 2018) diharapkan dapat menjadi alternatif penyediaan air bersih yang dapat diperhitungkan. SDN Joho 1 sebagai sekolah yang berwawasan lingkungan, seharusnya memiliki sarana dan prasarana yang ramah dan berwawasan lingkungan untuk menunjang aktivitasnya.
Patel et al (2014) dalam proyek PAH di perguruang tinggi India mengungkapkan bahwa penerapan sistem PAH dapat mengatasi permasalahan air bersih dan memberikan keuntungan bagi semua pihak. Air hujan dapat digunakan untuk kebutuhan penggelontoran water closet (wc), menyiram tanaman, mencuci, menjaga kebersihan rumah dan dapur. Penyediaan air bersih melalui Pemanenan Air Hujan (PAH) dapat dilakukan secara berkelanjutan. Penelitian ini akan menghasilkan model pengelolaan sanitasi lingkungan berbasis Pemanenan Air Hujan (PAH) yang sesuai diterapkan di SDN Joho 1 Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
Sumber : https://www.kompasiana.com/khoirulannisa3229/63bbbf6308a8b50ced2feeb2/pemanenan-air-hujan-sebagai-solusi-penyediaan-air-bersih-dalam-pengelolaan-sanitasi-sekolah-dasar