Sanitasi merupakan hal sangat mendasar bagi kehidupan masyarakat dalam cakupan kebutuhan air bersih, ketersediaan jamban, persampahan dan tidak terdapatnya perumahan kumuh. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh PBB, Indonesia saat ini menduduki urutan kedua di dunia sebagai negara dengan sanitasi terburuk. Sekitar 100 juta dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia belum memiliki akses sanitasi yang baik. Hal ini menjadi tugas penting pemerintah dalam berupaya memaksimalkan target 100-0-100 dalam sistem sanitasi Indonesia.
Jika melihat sistem sanitasi kabupaten kota khusunya di wilayah Aceh Singkil yang memiliki akses sanitasi masih sangat rendah, hanya mencapai sekitar 20 % dari standar yang ditetapkan. Pengelolaan sanitasi di Aceh Singkil secara umum tidak ditangani secara baik dan terkoordinir. Sehingga berbagai macam masalah terjadi. Daerah yang akses sanitasinya paling parah ialah Kecamatan Singkil.
Permasalahan yang paling mendasar dalam akses sanitasi Aceh Singkil pada saat ini adalah masalah banjir, yang masih menjadi “PR” besar dan belum terpecahkan secara konkrit, sehingga banjir Aceh Singkil tetap terjadi dari tahun ke tahun. Lebih dari 50 % wilayah Aceh Singkil rawan akan terjadinya banjir. Sehingga perlu adanya pembangunan infrastruktur drainase yang lebih bagus. Mulai dari saluran tersier, sekunder dan primer yang dilengkapi dengan bangunan rumah pompa untuk mengatur debit air yang akan dialirkan ke badan air atau laut.
Permasalahan yang saat ini terjadi di seluruh Indonesia yaitu masalah sampah. Kabupaten Aceh Singkil merupakan penghasil sampah yang cukup banyak, bersumber dari rumah tangga, pasar, kantor, rumah sakit, wisata alam. Namun sistem pengelolaan sampah belum dilakukan secara maksimal, optimal, dan terstruktur dari pembuangan sampah ke kontainainer, TPS, pengangkutan, TPA. Perlu dibuat bank-bank sampah di desa-desa dan sekolah-sekolah, agar sampah yang dihasilkan dapat dikelola.
Penerapan pengelolaan sampah masih menerapkan paradigma lama. Hal ini perlu dilakukan sistem pengelolaan sampah secara paradigma baru di wilayah Aceh Singkil (kumpul, pilah, olah, angkut, buang) dan penerapan sistem 5R. Jika program ini dilakukan, sampah yang dihasilkan kabupaten tersebut akan berkurang dan mengalami penurunan timbunan. Dan menjadi suatu keuntungan terhadap masyrakat setempat dalam mendaur ulang sampah yang menjadi nilai ekonomis sehingga membuka lapangan pekerjaan terhadap masyarakat sekitar.
Melalui pembangunan Sustainable Development Goal (SDG) untuk sanitasi perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Agar sistem sanitasi dapat selesaikan dan diatasi secara baik. Hal ini menjadi tugas besar bagi pemerintah Aceh Singkil di bawah kepemimpinan DulSaza dalam memperhatikan permasalahan sistem sanitasi. Pemerintah harus berkomitmen dan menjalin kerja sama antar masyarakat setempat untuk mengatasi permasalahan sanitasi sehingga mampu mensejahterakan masyarakat melalui program tersebut. Bila sanitasi baik maka lingkungan akan bebas dari sumber penyakit & generasi akan lebih cerdas.
Leave a Reply