Sampah tidak hanya merusak kelestarian lingkungan, tapi juga mengganggu kesehatan masyarakat. Pencemarannya melalui udara, air, tanah, maupun organisme lain dapat menimbulkan penyakit. Sampah yang tidak terkelola, selain menimbulkan bau tidak sedap dan mengganggu estetika, juga menjadi media perkembangbiakan vektor dan hewan pengerat.
Beberapa hasil penelitian di tempat pembuangan akhir sampah di Indonesia, menunjukkan adanya penurunan kualitas lingkungan, baik udara, air, dan tanah. Diperlukan penanganam segera terhadap kondisi lingkungan yang tercemar. Dari penelitian yang dilakukan Ecoton, dengan membedah lambung 168 ikan yang ditangkap di Sungai Surabaya, ditemukan mikroplastik pada semua lambung ikan tersebut. Mikroplastik, yang tidak terlihat secara kasat mata, sangat berbahaya karena tidak hancur ketika dicerna.
Efek tidak langsung sampah organik, mengakibatkan meningkatnya penyakit yang dibawa vektor nyamuk [vektor borne disease] dan tikus [rondent borne disease]. Sementara, sampah anorgaik, seperti mikroplastik, terutama diapers atau popok sekali pakai yang bahan mayoritasnya limbah impor, mengandung super adsorbent polymer [SAP]. Memiliki efek perusak hormon pada biota perairan.
“Melalui rantai makanan, SAP masuk ke tubuh manusia serta berpotensi mempengaruhi keseimbangan hormone. Akibatnya, muncul berbagai penyakit gangguan hormon, infertility, dan sebagainya,” terang Anita. Limbah plastik, sangat mungkin terjadi reaksi kimia pada suhu tinggi yang mengakibatkan senyawa mikroplastik lebih mudah terlepas ke lingkungan atau alam. Selanjutnya, masuk ke tubuh makhluk hidup, termasuk sangat mungkin terakumulasi dalam tubuh manusia.
“Jika terkena suhu tinggi, termasuk selama perjalanan di kontainer untuk waktu lama, bakteri sangat mungkin berkembang biak. Terutama, bila ada limbah organik yang merupakan kesukaan mikroba. Efeknya dapat mengganggu kesehatan,” terang Anita. Sedangkan limbah bahan berbahaya dan beracun [B3], sesungguhnya tidak boleh sama sekali ada di lingkungan bebas, karena sifatnya beracun. “Harus diisolasi.”
Penanganan sampah maupun limbah perlu kehati-hatian. Jika limbah langsung mengenai tanah, dapat meningkatkan risiko soil borne disease, soil transmited disease berupa kecacingan. Bila kena air, dapat meningkatkan water borne disease seperti diare, hepatitis, keracunan logam berat, serta alergi. Sedangkan dengan udara, meningkatkan air borne disease seperti sesak nafas, asma, kerusakan paru, dan sebagainya.
Beberapa hasil penelitian di tempat pembuangan akhir sampah di Indonesia, menunjukkan adanya penurunan kualitas lingkungan, baik udara, air, dan tanah. Perluk penanganam segera terhadap kondisi lingkungan tercemar, agar tidak terjadi dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat.
Leave a Reply