Seribu orang ahli kesehatan lingkungan atau sanitarian akan ‘kepung’ Kota Bandung untuk mengajak masyarakat peduli terhadap sanitasi. Mereka yang tergabung Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) Kota Bandung siap mengembangkan perilaku budaya hidup sehat di tengah-tengah masyarakat.
“Kami dari HAKLI akan menjadi agen perubahan yang tujuannya mengedukasi serta mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat dalam mengatasi sanitasi di lingkungannya masing-masing. Untuk di Bandung, ada sekitar seribu sanitarian yang siap meyebar ke permukiman warga. Nanti secara teknis kami petakan wilayahnya,” ujar Ketua HAKLI Kota Bandung Soni Salimi disela-sela acara seminar ‘Mengatasi Permasalahan Limbah Domestik di Kota Besar’ yang berlangsung di Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang 45, Kota Bandung, Sabtu (28/5/2016).
Upaya positif para relawan ini baru kali pertama bergulir di Kota Bandung. Maka itu, kata Soni, HAKLI akan bersinergi dengan Pemkot Bandung guna menyukseskan gerakan tersebut. Apalagi, sambung dia, Pemkot Bandung sudah meraih penghargaan Sanitation Award dari pemerintah Australia.
Menurut Soni, anggota HAKLI Kota Bandung terdiri dari berbagai latar belakang disiplin ilmu yang bekerja di instansi pemerintah dan nonpemerintah. Sanitarian mempunyai tanggung jawab meningkatkan kualitas sanitasi di masyarakat dan membantu pemerintah dalam pembangunan sanitasi permukiman.
“Kita ini relawan. Kita bertanggung jawab terhadap lingkungan tanpa harus dibayar. Masa kami sebagai agen perubahan yang berkompeten tidak mampu mengajak masyarakatnya memperbaiki kondisi santiasi lingkungan,” tutur Soni yang juga menjabat Dirut PDAM Tirtawening Kota Bandung.
“Apa yang kami lakukan ini suatu gerakan. Ya mungkin selama ini boleh dikatakan kami lama tidur, nah sekarang kami bangun untuk mewarnai dan membuka perilaku masyarakat menjadi lebih baik dalam konteks sanitasi,” ucapnya menambahkan.
Soni menjelaskan, Kota Bandung memiliki kelebihan terutama terkait sarana prasarana pengelolaan limbah domestik yaitu mempunyai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di daerah Bojongsoang yang jaringannya menyebar di seluruh wilayah Kota Bandung dan dikelola PDAM Tirtawening. Selain itu, komplek-komplek perumahan yang tertata rapi umumnya mempunyai septiktank individu maupun komunal.
Namun, Soni melanjutkan, masih cukup banyak warga Bandung yang menyalurkan tinjanya ke sungai meski secara tidak langsung lantaran mempunyai toilet permanen tapi tak memiliki septiktank. Belum lagi keberadaan MCK yang kurang terpelihara secara baik.
“Perilaku buruk tersebut harus diubah. Kami harus turun langsung menjadi agen perubahan,” kata Soni.
Soal sanitasi dan manajemen lingkungan menjadi salah satu perhatian Pemkot Bandung. Kendati sudah merengkuh Piala Adipura dan anugerah Sanitation Award, Pemkot Bandung tetap serius mengelola lingkungan.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menegaskan perlu peran masyarakat untuk bersama-sama membenahi kota berjuluk Paris van Java ini. Sebab, menurut Emil, panggilan akrabnya, membangun negeri ini tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah.
“Maka itu ahli-ahli harus berurun rembuk, masyarakat harus bergerak. Apalagi soal lingkungan, negerinya sudah keren dan peraturan ada, tapi masyarakat enggak peduli kan masalah. Pola pikirnya mesti diubah. Maka itu perlu penegakan aturan dan melakukan kolaborasi dengan para ahli dan masyarakat,” tutur Emil usai meresmikan seminar tersebut.
Dia menjelaskan, Pemkot Bandung selama ini terus berupaya melakukan perbaikan-perbaikan di segala sektor. Namun memang, sambung Emil, hasil maksimal perlu dilalui secara bertahap.
Sumber : https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3220070/ajak-warga-peduli-kesehatan-lingkungan-seribu-sanitarian-kepung-bandung
Leave a Reply