• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Home
  • blog
  • Sanitarian Kit`
  • Kesling Kit
  • Cetakan Jamban
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami

Sanitarian Kit

Distributor Sanitarian Kit

Cerita Warga Bandung Sulit Buang Kebiasaan BAB ke Sungai

October 28, 2021 by info_zb324480 Leave a Comment

MCK Komunal
Seorang anak di Kampung Cisanggarung, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, melintas di tempat MCK komunal, Jumat (13/11/2020). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung – Sekitar 9,14 juta warga Jawa Barat masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS) berdasarkan data monitoring dan evaluasi Kementerian Kesehatan RI. Faktor kemiskinan ditengarai menjadi salah satu penyebab masih banyaknya masyarakat yang buang air besar di sungai.

Ujang Rohman (40) menunjukkan ada tiga titik pembuangan BAB, Jumat (13/11/2020) pekan lalu. Sebanyak 17 rumah yang terdiri dari 20 kepala keluarga di Kampung Cisanggarung, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, masih membuang limbah domestik termasuk tinja langsung ke sungai.

Pantauan Liputan6.com, ada sejumlah pipa saluran pembuangan yang bermuara ke Sungai Cisanggarung. Sungai tersebut berasal dari hulu Cikawari yang airnya mengalir melewati kawasan wisata Curug Batu Templek dan terus mengalir hingga ke Cisaranten dan Rancaoray di Gedebage.

Keberadaan Curug Batu Templek, tak dipungkiri menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal Kota Bandung. Setiap akhir pekannya, warga kota berduyun-duyun ke perbukitan di Desa Cikadut tersebut. Di sana banyak orang berswafoto dan menikmati aliran kali Cisanggarung.

“Dulu sih enggak kepikir orang kampung harus ngebuang tinja ke sungai itu akan berdampak masalah. Tinja itu kan kotoran, di sini itu kalau enggak buang ke lembah ya ke sungai,” kata Ujang.

Ia beranggapan jika warga belum memiliki pengetahuan terkait sanitasi.

“Kalau ke sungai rasanya enggak mengendap, ngalir. Pandangan saya sebagai orang bodoh mengalir itu bebas lah tidak ada masalah,” ujarnya.

Namun sejak 2016, warga di Kampung Cisanggarung sudah mulai mengenal tempat mandi, cuci, kakus (MCK) komunal yang sudah diinisiasi Yayasan Odesa Indonesia. Sebanyak tujuh MCK komunal didirikan di permukiman warga yang tinggal di perbukitan tersebut.

“Tapi karena saya sekarang bergerak di Odesa, saya pegang sanitasi. Ternyata (aliran sungai) itu ada dampak untuk orang-orang di bawah makanya saya perihatin orang kota main ke sini main air ternyata masih ada. Saya enggak nutupin diri sendiri kalau itu masalah saya. Saya sendiri juga pernah membuang ke bawah karena ketidaktahuan,” ujar Ujang.

Ujang mengaku bila tidak ada bantuan Odesa, sulit membuat septic tank sendiri. Begitu pula dengan warga yang masih BABS. Biaya adalah salah satu kendalanya. Jika lahan tidak cukup, biaya pembuatan septic tank jadi lebih besar.

“Membuat septic tank itu bukan biaya murah karena harus ada keramik kamar mandi yang dibongkar. MCK yang ada di sini sebenarnya sudah maksimal, cuma pembuangannya yang salah. Buat yang enggak ada pekarangan berarti harus dibikin di dalam rumah, di bawah kamar mandi. Makanya, untuk satu MCK komunal saja pengerjannya bisa sampai satu minggu,” tuturnya.

Bantaran sungai menjadi lokasi sasaran masyarakat untuk perilaku BABS. Tanpa disadari, bakteri-bakteri yang tercampur dengan air sungai akan mudah masuk ke dalam tubuh manusia terutama rentan pada anak sehingga menimbulkan risiko penyakit.


Sanitasi Adalah Persoalan HAM

Pipa Saluran MCK
Pipa saluran MCK warga di Kampung Cisanggarung, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, langsung dibuang ke sungai. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Ketua Yayasan Odesa Indonesia Faiz Manshur mengatakan, pemerintah harus banyak membangun sanitasi untuk orang miskin. Menurutnya, Indonesia bukan saja terbelakang dalam urusan sanitasi di dunia, melainkan juga lambat dalam menjawab problem kemiskinan. 

Dia mengemukakan data aktual yang diberikan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2020 dari website Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Di Indonesia sekarang ini, lanjut Faiz, dari 287,90 juta jiwa, terdapat 32,24 juta jiwa masih BABS.

Sedangkan, di Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 55,12 juta penduduk, terdapat lebih dari 9 juta jiwa warganya masih BABS. Adapun provinsi yang sudah tidak memperlihatkan data BABS hanya provinsi DI Yogyakarta.

“Dan kalau kita hubungkan dengan kemiskinan, masalah kesejahteraan akses air bersih dan perilaku hidup tak sehat paling dominan di dalamnya,” ucap Faiz. 

Lebih lanjut Faiz menjelaskan, terdapat separuh lebih problem sanitasi di Indonesia ini berasal di Pulau Jawa karena terdapat 17 juta jiwa yang warganya masih BABS.

“Jumlah warga ini perlu diungkap terus karena sekarang persoalan sanitasi merupakan persoalan Hak Asasi Manusia. Pemerintah itu kalau bicara ke publik jangan hanya bicara sisa persentase. Itu bisa menghilangkan sikap empati kita pada rakyat,” kata dia.

Faiz mengatakan, angka satu persen bukn angka kecil. Sebab setiap satu persen di level kabupaten bisa menyangkut hidup puluhan ribu orang.

“Berapa pun persentasenya harus segera diselesaikan arah kerja pembangunan pemerintah harus memenuhi hak akses sanitasi,” ucapnya.

Menurut Faiz, masih banyak kepala daerah yang belum cakap mengambil peran dalam pembangunan. Adanya pembangunan sering tidak berkorelasi dengan masalah rakyat miskin.

“Ada dana desa, tapi sanitasi tidak cepat membaik. Ada dana UMKM, tapi secuil yang terealisasi dan sedikit pula yang mengubah ke arah perbaikan,” ujarnya.

Berdasarkan data yang dihimpun pihaknya, di Kecamatan Cimenyan, yang datanya sudah 90 persen warganya tidak BABS, tetapi angka rumah tangga yang BABS lebih dari 1.500 keluarga. Jika setiap keluarga jumlahnya empat orang, maka bisa jadi yang BABS mencapai 5-6 ribu orang.

Kabupaten Bandung sendiri menurut Faiz tidak boleh bangga dengan angka perubahan yang terjadi karena masih minim perubahannya. Sampai 2020 ini saja, dari jumlah penduduk 3,93 juta jiwa, terdapat 646,26 ribu jiwa masih BABS.

“Pemerintah boleh bangga kalau kemudian bisa membebaskan BABS dalam pada 2022. Pasalnya selama sepuluh tahun terakhir banyak kepala daerah yang tidak punya perhatian pada sanitasi buruk,” ucapnya.

Selain Kabupaten Bandung, kawasan Kota Bandung selama sepuluh tahun terakhir pemerintahan kotanya tidak memiliki terobosan khusus guna menjawab problem sanitasi. Data memperlihatkan, dari 2,25 juta jiwa, terdapat 716,35 ribu jiwa masih BABS.

Faiz menyatakan, saat ini pemerintah daerah terutama bupati dan wali kota harus lebih serius dalam memimpin gerakan pembebasan masyarakat dari kebiasaan buruk BABS.

Berdasarkan pengalaman organisasinya di berbagai perdesaan, banyak kepala desa atau lurah yang minim pengetahuan soal sanitasi dan tidak mau memikirkan masalah akses air bersih untuk warganya.

“Bupati atau wali kota itu mestinya bisa memimpin kades atau lurah. Apalagi sekarang sudah ada dana desa. Penting mendorong kades mengalokasikan dana desa untuk sanitasi,” ujarnya.

Sumber : https://www.liputan6.com/regional/read/4412148/cerita-warga-bandung-sulit-buang-kebiasaan-bab-ke-sungai

Filed Under: Uncategorized

Reader Interactions

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Primary Sidebar

Recent Posts

  • Analisis Fasilitas Sanitasi dalam Mencegah Penularan Covid-19 di Rumah Sakit X
  • PENTINGNYA SANITASI LINGKUNGAN DI ERA PANDEMI COVID-19
  • MEMPERKUAT SANITASI DI MASA PANDEMI COVID 19
  • Mencegah Corona: Tindakan Sanitasi yang Dilakukan Bolu Susu Lembang untuk Menjaga Kualitas dan Kebersihan Produk Agar Terhindar dari COVID-19
  • Di Jakarta, Kondisi Sosiodemografi dan Kesehatan Lingkungan Sangat Berpengaruh terhadap Kejadian COVID-19

Recent Comments

    Archives

    • February 2024
    • January 2024
    • December 2023
    • November 2023
    • October 2023
    • September 2023
    • August 2023
    • July 2023
    • June 2023
    • May 2023
    • April 2023
    • March 2023
    • February 2023
    • January 2023
    • December 2022
    • November 2022
    • October 2022
    • September 2022
    • August 2022
    • July 2022
    • June 2022
    • May 2022
    • April 2022
    • March 2022
    • February 2022
    • January 2022
    • November 2021
    • October 2021
    • September 2021
    • August 2021
    • December 2020
    • November 2020
    • October 2020
    • September 2020
    • August 2020
    • July 2020
    • June 2020
    • May 2020
    • April 2020
    • March 2020
    • February 2020
    • January 2020

    Categories

    • kesehatan
    • Sanitarian Kit
    • Uncategorized

    Meta

    • Log in
    • Entries feed
    • Comments feed
    • WordPress.org

    Copyright Indotekhnoplus, Developed by Leads.id