Masalah kebersihan dan kaitannya dengan sanitasi lingkungan membutuhkan perhatian dan peran aktif dari berbagai pihak. Salah satunya seperti yang dilakukan Yayasan Plan International Indonesia (YPII) yang menjalin kerjasama dengan Pemprov NTB untuk menggelar Lokakarya Sanitasai Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang Berkesetaraan Gender dan Inklusif, Rabu, 16 Oktober 2019 di Mataram.
Ketua TP-PKK Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah, SE, M.Sc, sebagai pembicara dalam lokakarya itu, menekankan pentingnya kerja kolaborasi untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan keluarga di NTB. ‘’Dalam hal ini kami sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh YPII dan mitra implementasi lainnya seperti Konsepsi, Transform, YSLPP dan Endri Foundation,’’ ujarnya ketika ditemui di sela-sela kegiatan.
Dalam pemaparannya, Niken menerangkan bahwa saat ini pembenahan infrastruktur untuk akses sanitasi di NTB telah mencapai 87 persen. ‘’Kita sedang menuju 100%,’’ sebutnya. Walaupun begitu, perubahan perilaku disebut masih menjadi pekerjaan rumah (PR) utama agar infrastruktur yang telah dibangun tidak sia-sia. Untuk itu pihaknya mendorong Tim PKK yang berada di seluruh wilayah NTB untuk melakukan gerakan peningkatan sanitasi dari tingkat desa melalui strategi penguatan pengasuhan berbasis keluarga.
Ditegaskan Niken bahwa keterlibatan seluruh lapisan masyarakat menjadi kunci utama untuk mewujudkan perubahan perilaku tersebut. Terlebih untuk perempuan dan masyarakat disabilitas yang selama ini belum banyak menyuarakan kebutuhannya untuk mendapatkan lingkungan yang bersih. ‘’Perempuan adalah salah satu pemeran kunci dari suksesnya STBM. Mereka perlu jamban, air bersih, dan lain-lain untuk menjamin kesehatan dirinya dan kesehatan anak yang kadang tidak menjadi perhatian karena yang bicara perempuan,’’ujarnya.
Diterangkan Niken bahwa bias gender memang masih banyak terjadi di NTB. Terlebih untuk daerah-daerah terpencil. Dalam situasi tersebut, seorang perempuan kadang tidak terlibat dalam pengambilan keputusan di dalam rumah atau masyarakat mengenai bagaimana kebutuhan sanitasi yang baik.
Untuk itu, TP-PKK NTB melalui Pokja Empat yang dimilikinya sampai saat ini intens menyuarakan kesehatan, kebersihan lingkungan dan pola hidup sehat yang ditujukan untuk mendorong perubahan perilaku dengan peran akitf perempuan. ‘’Ada lima pilar yang berusaha kita penuhi untuk STBM. Yaitu tidak buang air besar di sembarang tempat, mencuci tangan dengan sabun, mengelola air minum rumah tangga, mengelola sampah, dan melakukan pengelolaan limbah cari rumah tangga,’’ ujar istri Gubernur NTB, Dr.H.Zulkieflimansyah, SE.M.Sc ini.
Menurut Niken, pemenuhan target tersebut membutuhkan kerja keras. Mengingat posisi Indonesia secara umum berada di urutan nomor dua terkait kesadaran tentang kebersihan. ‘’Poin yang pertama saja (tidak buang air sembarangan, Red) kita masih nomor dua di seluruh dunia. Kita perlu usaha yang sungguh-sungguh,’’ tegasnya.
Salah satu tantangan yang perlu dilewati adalah akses edukasi yang diharapkan ke depan dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat sampai ke pelosok. Pasalnya masih banyak masyarakat di daerah yang tidak merasa risau tinggal di lingkungan yang kurang bersih atau belum baik akses sanitasinya, terlebih untuk perempuan dan anak-anak.
‘’Ini menjadi masalah, dan itu berlipat karena berkaitan dengan kualitas hidupnya sehingga anak-anaknya menjadi stunting. Generasinya akan begitu terus. Kita harus mulai mengubah itu semua,’’ ujarnya.
Turut hadir sebagai pembicara Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI, dr. Imran Agus Nurali Sp.KO, yang menerangkan bahwa sebagian besar penyakit penyebab kematian di Indonesia disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat. Dicontohkannya seperti masalah diare, hepatitis, dan stunting yang masih tinggi persentasenya di Indonesia.
WINNER Project Manager YPII, Herie Ferdian, menerangkan bahwa saat ini YPII sebagai salah satu mitra pemerintah di NTB sedang mengimplementasikan tiga program STBM yang dilaksanakan di Kota Mataram, Lombok Tengah, Lombok Utara, Dompu, dan Sumbawa.
Leave a Reply