Pendataan dilaksanakan ditempat-tempat sanitasi dilingkungan masyarakat, perkantoran atau instansi, sarana umum, sekolah-sekolah maupun di pondok pesantren. Meliputi, saluran air, saluran pembuangan kotoran (septic tank), tempat sampah, kandang-kandang ternak, gudang serta tempat-tempat yang diindikasi bisa menyebabkan penyakit.
Kepala Humas Dinkes Pemkab Jember, Jumarlis Jumat (10/6) mengatakan, pendataan sanitasi di lingkungan masyarakat tersebut untuk mengetahui seberapa layak atau tidak pemakaiannya. “Semua kami data, apakah tempat-tempat sanitasi tersebut masih layak pakai atau tidak”, katanya.
Dinkes sudah menugaskan puskesmas untuk segera menerjunkan timnya melakukan pendataan. Hal ini didasarkan pada banyaknya keluhan masyarakat ke Puskesmas setempat tentang penyakit yang mereka alami. Mulai dari demam panas, infeksi saluran pernafasan, diare, tifus serta penyakit kulit atau gatal-gatal.
Menurutnya, lonjakan penyakit diare dan tifus mulai terasa sejak akhir bulan Juni atau bertepatan dengan musim kemarau. Kedua penyakit tersebut sangat terkait dengan kebersihan lingkungan sekitar. “Biasanya pada musim kemarau, produksi debu berlebih dan sebagian masyarakat kekurangan air bersih. Akibatnya, kualitas sanitasi lingkungan menurun”, paparnya.
Selanjutnya, tim yang mendata sanitasi di masyarakat nantinya juga dibekali untuk dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Jika di suatu lingkungan itu terdapat masyarakat yang mengeluh sakit akibat sanitasi yang layak pakai hendaknya langsung menyampaikannya ke kelurahan. “Jika ada lingkungan yang banyak terdapat keluhan, di situ kita akan memantau lingkungan tersebut dan menindaklanjutinya,” akunya.
Kepala Puskesmas Jember Kidul, Dr Apsari mengatakan, banyak penyakit yang dialami masyarakat yang diakibatkan oleh pengolahan sanitasi dilingkungannya yang buruk. karena fungsinya juga tidak maksimal, maka tempat tersebut malah menjadi sarang bagi penyakit.
–
Apsari menjelaskan, diare dan tifus disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini kebanyakan ditularkan melalui kotoran manusia. Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian menembus dinding usus menuju saluran limfa, dan masuk ke dalam pembuluh darah.
Di samping kebersihan sanitasi, faktor perilaku juga menentukan dalam hal kesehatan, bila perilaku kurang baik dengan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat ataupun tidak menjaga kondisi badan dan jarang tidur. Kebiasaan buruk tersebut menyebabkan badan lemah dari situlah penyakit paling mudah untuk menyerang. “Pola hidup yang tadinya kurang sehat haruslah dirubah menjadi sehat agar terhindar dari penyakit,” ujarnya.
Menurut data Dinas Kesehatan Jember, kasus penyakit diare maupun tifus yang dialami masyarakat di berbagai kecamatan mengalami peningkatan, yaitu 600-700 kasus antara bulan Januari hingga April 2011.
Menanggapi hal tersebut, Plt Kabag Humas, Drs Joko Soponjono menyatakan bahwa Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan kunci untuk menekan penyebaran penyakit tersebut. Untuk itu, hendaknya apa yang telah dilakukan oleh Pemkab Jember melalui Jumat bersih tersebut selalu di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber : https://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/27227