Seorang warga Matraman, Jakarta Timur, Yeni Rosita ditemukan tewas di aliran sungai Kapuk Muara, Jakarta Utara, Sabtu (5/2). Yeni sebelumnya dilaporkan jatuh terperosok saat buang air di jamban miliknya di atas sungai Ciliwung di kawasan Matraman.
Dilansir dari Detikcom, jenazah Yeni ditemukan sekitar pukul 11.00 WIB.
“Ditemukan barusan di daerah Kapuk Muara. Ditemukan meninggal,” kata Kapolsek Matraman Komisaris Tedjo Asmoro, Sabtu (5/2).
Jenazah Yeni dibawa ke RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
Sementara itu Komandan Tim Basarnas DKI Jakarta Aprianto menuturkan pihaknya sudah berkomunikasi dengan pihak keluarga guna memastikan jenazah adalah anggota keluarga yang sedang mereka cari.
Menurut Aprianto, korban terjeblos di WC saat akan buang air pada Jumat (4/2) malam. Baik rumah maupun WC milik korban berada tepat di atas aliran Sungai Ciliwung. WC yang terbuat dari papan ini sudah dalam kondisi rusak dan berlubang.
ADADADADADAD
“Kemungkinan ketinggian air pada malam hari, karena mungkin ada kiriman air dari Bogor karena ada curah hujan di wilayah tersebut, sehingga aliran kali deras di malam hari,” jelasnya.
Sejarawan Ungkap Sejarah Banjir Jakarta Sejak Zaman Hindia Belanda
Kondisi rumah-rumah milik Yeni dan tetangganya yang lain berada di atas aliran sungai. Bangunan rumah maupun toilet biasanya terbuat dari kayu dan bambu. Bangunan dengan kondisi demikian tentu tidak cukup stabil apalagi terus dihempas aliran air.
Setelah terjeblos, Yeni hanyut dibawa aliran sungai. Warga berusaha mencari korban malam itu juga di sekitar lokasi kejadian. Namun upaya ini terhambat kondisi aliran air sungai yang cukup deras.
Sementara itu Kasudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyalamatan (Gulkarmat) Jakarta Timur, Gatot Sulaiman mengatakan pihaknya tim pencarian hingga dini hari. Namun hingga pagi tadi korban belum ditemukan.
Jenazah Yeni baru ditemukan Sabtu siang setelah terbawa air hingga sekitar 10 km dari titik ia terjatuh.
Kawasan permukiman pinggir kali masih jadi satu masalah sosial di Jakarta hingga kini. Kawasan yang lekat dengan kumuh dan kemiskinan ini juga kerap memicu polemik.
45 Tokoh Galang Petisi Batalkan Pindah Ibu Kota
Status kepemilikan tanah yang tidak jelas kerap jadi masalah. Warga kerap mengaku menjadi pemilik tanah atau setidaknya meminta ganti rugi saat akan digusur atau dipindahkan dengan alasan sudah menghuni cukup lama.
Sementara pemerintah berkepentingan untuk menata kawasan pinggir sungai untuk penataan kawasan sungai sebagai bagian dari penanggulangan banjir.
Masalah bukan pada soal ganti rugi belaka, terkadang warga enggan meninggalkan tempat hunian mereka, meski berbahaya karena di pinggir sungai, karena alasan sosial ekonomi.
Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220205135505-12-755435/terjeblos-di-jamban-sungai-ciliwung-warga-matraman-ditemukan-tewas
Leave a Reply