Setidaknya sepertiga dari populasi dunia hidup di bawah kebijakan lockdown atau penutupan wilayah dan tak lagi bebas bepergian akibat virus corona (Covid-19) yang semakin menyebar. China, tempat pertama kali virus itu menyebar memberlakukan lockdown di Kota Wuhan sejak 23 Januari. Penduduk di sana dilarang keluar kawasan tanpa izin. Beberapa negara pun mengikuti langkah China itu. Italia, India, Spanyol, dan Inggris merupakan beberapa negara yang menerapkan lockdown ketat berskala besar di seluruh negeri. Namun, tiap negara memiliki mekanisme berbeda dalam menerapkan aturan itu, dari menutup perbatasan wilayah hingga melarang warga keluar rumah. China dianggap sukses membendung penyebaran virus corona dengan cara itu. Namun, ada pula negara yang justru kacau sejak lockdown berlangsung.
China
Dua bulan lalu, China melaporkan hingga ribuan kematian akibat virus corona, termasuk para dokter dan perawat. Negara tersebut sempat tercatat sebagai negara dengan jumlah kasus dan kematian paling banyak di seluruh dunia. Pemerintah akhirnya memberlakukan lockdown. Sekitar dua bulan penduduk China, khususnya Wuhan, terjebak dalam rumah karena isolasi ketat yang diberlakukan pemerintah. Semua perusahaan tak strategis dan sekolah ditutup. Perkumpulan publik dibatasi, operasional transportasi publik dihentikan.
Pemerintah hingga swasta rajin menyuplai kebutuhan pangan selama lockdown berlangsung. Namun, meski pasokan makanan sebagian besar warga terjamin, sejumlah penduduk mengaku mengalami kekurangan makanan. Lockdown di China juga dijaga ketat aparat. Beijing bahkan menggunakan teknologi pengawasan kuat, termasuk menerbangkan drone dilengkapi kamera termal untuk meningkatkan deteksi virus.
Berkat lockdown dan sederet upaya lain oleh pemerintah China, jumlah infeksi baru virus corona di Wuhan menurun drastis. Rumah sakit darurat yang dibangun untuk menangani pasien corona telah ditutup. Dua pekan terakhir China beberapa kali melaporkan nihil kasus infeksi domestik harian. Provinsi Hubei kini dibuka kembali. Perkantoran dan pabrik mulai beroperasi, sekolah dibuka, dan penduduk kembali beraktivitas normal.
Data Johns Hopkins University menunjukkan, hingga Selasa (31/3) pagi, sebanyak 76.192 orang dari 82.240 pasien positif Covid-19 di China dinyatakan sembuh. Sementara itu, jumlah korban meninggal 3.309 jiwa.
Italia
Lonjakan kasus virus corona di Italia membuat pemerintah memberlakukan lockdown. Jumlah kematian corona paling banyak di dunia berasal dari Italia yakni 11.591 dari total 101.739 pasien terinfeksi virus. Sekitar 60 juta warga Italia juga tak lagi bebas bergerak karena pemerintah membatasi perjalanan, waktu luang, pekerjaan, hingga kegiatan keagamaan masyarakat termasuk termasuk upacara pemakaman.
Pemerintah menutup sekolah, museum, gedung olahraga, bar, restoran, dan pertokoan. Warga hanya bisa membeli bahan makanan di supermarket dengan maksimal waktu belanja 30 menit dan tak diizinkan berkumpul di tempat umum. Namun, masih banyak warga yang menganggap remeh, sehingga virus menginfeksi lebih banyak orang. Rumah sakit di Italia bahkan mulai tak mampu menampung pasien, banyak yang akhirnya menjalani perawatan di rumah.
Pemerintah Italia pun memberlakukan aturan lockdown ebih ketat. Mereka menaikkan denda bagi warga yang tak patuh hingga 400 sampai 3.000 euro (sekitar Rp7 juta sampai Rp52,6 juta). Menyusul lockdown diterapkan, pasien meninggal karena virus corona di Italia mulai menurun. Wakil Menteri Kesehatan Pierpaolo Sileri mengatakan data terbaru menunjukkan penurunan jumlah orang yang terinfeksi dalam sepekan terakhir.
Namun, dilaporkan Sky News, Selasa (30/3), beberapa orang di Italia mulai putus asa. Mereka meminta bantuan pemerintah karena kehabisan uang dan makanan. Sejumlah orang bahkan rela keluar dan mencuri makanan untuk dikonsumsi.
Laporan kasus harian masih mengalami kenaikan hingga delapan persen, setelah sebelumnya sempat melonjak hingga 50 persen di awal Maret. Pemerintah pun memperpanjang lockdown hingga pertengahan April mendatang.
India
Pemerintah India menyerukan lockdown selama 21 hari untuk menekan penyebaran virus corona. Seluruh perbatasan ditutup untuk membatasi pergerakan orang. Perdana Menteri India Narendra Modi juga meminta warga menjaga jarak, bahkan dengan keluarga. Namun, hal tersebut sulit dilakukan oleh sekitar 74 juta orang di India yang hidup berimpitan di permukiman kumuh. Menjaga jarak satu sama lain mustahil dilakukan oleh kalangan menengah ke bawah.
Sepekan diterapkan, lockdown di India belum menunjukkan dampak positif. Penerapan lockdown di seluruh India membuat hampir seluruh badan usaha tutup. Banyak para pekerja harian kesulitan keuangan karena menganggur. Sejumlah penduduk dilaporkan protes karena pengiriman pasokan bahan makanan tak merata. Belum lagi ancaman kekerasan oleh polisi jika warga nekat keluar rumah, meski untuk belanja persediaan di rumah.
Pandemi virus coronajuga kian mempersulit akses penggunaan toilet karena fasilitas sanitasi dan akses air terbatas. Penghuni di permukiman kumuh di Mumbai mengaku tak mungkin hanya berdiam diri di rumah selama lockdown karena mereka membutuhkan air. Kawasan perumahan yang sempit membuat hampir semua rumah tidak memiliki saluran air atau fasilitas sanitasi memadai.
Larangan bekerja oleh pemerintah India juga dikecualikan bagi beberapa sektor, seperti petugas kebersihan yang tidak punya pilihan. Mereka dianggap memberikan layanan penting dan dikecualikan dari lockdown. Namun, tidak diberikan peralatan pelindung, seperti masker dan sarung tangan. Hingga hari ini, jumlah kasus positif di India mencapai 1.251 kasus, dengan 32 orang meninggal dunia.
Inggris
Pemerintah Inggris menerapkan lockdown selama tiga pekan. Langkah tersebut diambil karena warga mengabaikan imbauan tidak bepergian guna mencegah penyebaran virus corona. Semua pertokoan yang tidak terlalu penting ditutup. Begitupun tempat ibadah, sehingga seluruh kebaktian ditiadakan termasuk untuk pernikahan dan baptis.
Wakil kepala petugas medis di Inggris Jenny Harries mengungkapkan, aturan ketat ini dapat berlangsung hingga enam bulan. Pemerintah membutuhkan dua atau tiga bulan untuk melihat apakah kebijakan lockdown efektif membendung pandemi. Sejauh ini, ada 22.454 orang di Inggris yang terinfeksi virus corona. Sebanyak 1.411 di antaranya meninggal, dan 170 lainnya dinyatakan sembuh.
Beberapa pejabat negara dinyatakan positif terinfeksi yakni Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Menteri Kesehatan Matt Hancock, kepala petugas medis Chris Whitty, dan kepala penasihat PM Johnson, Dominic Cummings.
Spanyol
Menyusul angka kematian akibat virus corona yang terus bertambah selama dua pekan terakhir, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez memperketat aturan lockdown dan memperpanjang hingga 14 April. Ia meminta warga tetap di rumah dan menutup semua bisnis sebulan penuh. Namun hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh para tunawisma. Mereka umumnya memenuhi trotoar di pinggir jalan untuk beristirahat.
Semenjak pemerintah menginstruksikan larangan beraktivitas di luar ruangan, para tunawisma kesulitan mencari tempat beristirahat. Mengutip Associated Press, sejumlah pos dan dapur umum untuk tunawisma mulai mengurangi jam operasional, bahkan tutup. Spanyol juga menerjunkan aparat. Orang yang melanggar aturan ini diganjar denda.
Melansir Aljazeera, memasuki tiga pekan lockdown, jumlah kasus baru dan angka kematian per hari menurun, meskipun tidak drastis. Namun, sumber daya medis di sana dilaporkan semakin menipis. Hingga hari ini, 87.956 orang di Spanyol dinyatakan positif virus corona, dan 12.298 di antaranya tenaga medis. Korban meninggal mencapai 7.716, terbanyak setelah Italia. Sementara pasien sembuh 16.780 orang.
Hingga Selasa pagi, sebanyak 785.709 orang di seluruh dunia terinfeksi virus corona. Jumlah pasien meninggal sebanyak 37.686, sedangkan yang dinyatakan sembuh 165.837.
Leave a Reply